Info Kontak:

Rabu, 08 April 2020

Perlukah Meragukan Keulamaan SM Raja XII?


SILSILAH KEILMUWAN SISINGAMANGARAJA XII BERSAMBUNG KE RASULULLAH, PERLUKAH MERAGUKAN KEULAMAANYA?

Jika dilihat dr nasabnya saja yg bersambung ke Tuan Ibrahimsyah (abad ke15-16) dari Tarusan (Minangkabau/Sumatera Barat), menurut Sejarah Raja2 Barus, tentu dari situ saja sdh jelas 'darah birunya'.

Apalagi dua generasi terakhir sdh lebih condong ke Aceh, khususnya saat bersama sktr 16 kerajaan di Aceh Selatan/Singkel/Subulussalam mnjdi koalisi Si-16 (Si(e)nambela(s)) dari Kerajaan Aceh Darussalam. Termasuk di antaranya Sultan Daulat, Kerajaan Batu-batu dll.

Dari segi keilmuwan saja, bukankah SM Raja XII berguru dengan Cik Pante Geulima?

https://deals.weku.io/community-deals/@iskandardinata/sejarah-tgk-pante-chik-geulima-syehkh-ismail-bin-yakub-yang-merupakan-keturunan-raja-sultan-sayyidil-mukammil

Lihat juga:

https://aceh.tribunnews.com/2019/11/14/sejarah-tgk-chik-pante-geulima

Jika keilmuwan SM Raja XII diragukan, maka sama saja meragukan keilmuwan Syeikh Ismail yg bergelar Cik Pante Geulima itu.

Padahal beliau adalah ulama besar yg pernah studi di Mekkah dan bahkan menjadi imam di sana.

Bagi yg meragukan silsilah keilmuwan ulama Aceh bs baca di sini:

https://www.kompasiana.com/www.khairipanglima.blogspot.com/54ffc060813311116bfa6f89/ulama-aceh-sepanjang-masa

Mmng pd dua generasi sblmnya terjadi pergeseran geopolitik lokal yg membuat keraguan itu muncul. Yaitu saat kekuatan Minang mulai kembali merengsek memasuki hegemoni ekonomi Aceh. Yg polanya mirip sperti Ekspedisi Pamalayu Pagaruyung era Adityawarman (mantan tangan kanan Gajahmada) ke Sumut khususnya Simalungun dan pinggiran Danau Toba. (Ingat: hipotesis bhw Ekspedisi Pamalayu yg dimulai sejak era Singhasari ini pernah dihentikan Samudera Pasai - pendahulu Kesultanan Aceh Darusssalam di zaman Majapahit di Tamiang)

Saat itu SM Raja X lebih memilih mnjdi koalisi Aceh walau tdk bs menghilangkan begitu saja pengaruh Minang khususnya 'hamalimon' dr tradisi lokal yg di Sumbar sendiri telah bertransformasi (puritanisasi) dengan gerakan pembaharuan.

Hamalimon yg dibawa oleh Tuan Ibrahimsyah dr Tarusan, Sumbar, ke tanah Batak khususnya Silindung (Raja Maropat) dan Bakkara sebelum mnjdi Sultan Barus Hilir sdh mnjdi tradisi. 

https://m.liputan6.com/news/read/131212/syiah-di-ranah-minang

Walaupun begitu SM Raja tetap mnjdi santri di sebuah Dayah di Aceh bahkan dua anaknya jg yg gugur di medan perang melawan penjajah Belanda, Patuan Nagari dan Patuan Anggi.

Ketika ulama2 Hamparan Perak bangga dengan Sosok Guru Patimpus yg mrupakan Cucu Sisingamangaraja I dan punya keturunan ulama, lalu mengapa kita meragukan keulamaan SM Raja XII?

Apakah kebingungan itu krn 'marga'? Bukankah  marga si-16 itu br ada di dua generasi terakhir?

Atau apakah 'keraguan' itu muncul sbgai residu kolonialisme yg br 'berkuasa' di Tanah Batak usai gugurnya SM Raja XII tahun 1907?

Mari kita renungkan bersama sekaligus mengenang jasa2 ulama2 Aceh, rekan2 SM Raja di Subulussalam seperti Sultan Daulat yg banyak berkontribusi membantu SM Raja XII dalam melawan penjajahan.

Baca sumber: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1151563625191880&id=751253948556185

Tidak ada komentar:
Write komentar