Info Kontak:

Rabu, 20 November 2019

Kisah Pedagang Narkoba yang Punya Aset Sebesar APBN Sebuah Negara

ilustrasi
Lembaga Bantuan Hukum JBMI -- Pembukaan dokumen rahasia Jepang setelah 50 tahun memunculkan informasi menarik mengenai produksi narkoba Jepang untuk tentara kekaisaran Jepang saat perang dunia dan siapa pelaku pengusaha Jepang yang terlibat perdagangan narkoba khususnya opium.

"Pengusaha itu Hajime Satomi. Kalangan elit kalangan atas pemerintahan, rasanya tak ada yang tak tahu tokoh tersebut," ungkap sumber Tribunnews.com, Jumat (15/11/2019).

Perusahaan narkotika Jepang di masa perang menduduki Tiongkok, bermarkas di Nanjing dengan nama Hung Chi Shan Tang (atau Hong Ji Shan Tang) milik Satomi.

Dia menjual opium yang cukup banyak sehingga hampir menyamai anggaran tahunan pemerintah boneka Tokyo di Nanjing, dengan nilai 300 juta yuan pada tahun 1941, ketika anggaran tahunan Pemerintah Nanjing adalah 370 juta yuan.

Dokumen rahasia di perpustakaan nasional Diet Jepang, setebal 21 halaman itu, yang ditemukan dalam arsip di Perpustakaan Diet Nasional Tokyo, menunjukkan pedagang opium Hung Chi Shan Tang (atau Hong Ji Shan Tang yang sekarang akan dieja) terjual opium senilai 300 juta yuan pada tahun 1941, ketika anggaran tahunan Pemerintah Nanjing adalah 370 juta yuan.

Meskipun tidak dikenal luas di dalam negeri, perdagangan opium Jepang di Cina dianggap sebagai sumber daya keuangan yang penting bagi Tentara Kekaisaran Jepang dan pemerintah boneka Jepang baik di China, Mongolia dan Manchuria.

Garis besar transaksi opium pertama kali terungkap pada pertengahan 1980-an, ketika para sejarawan menemukan beberapa dokumen rahasia pemerintah. (baca selanjutnya)

Namun, banyak detail kunci tetap menjadi misteri.

Dokumen berjudul "Garis Besar Hung Chi Shan Tang," mengungkapkan sejarah perusahaan yang berbasis di Shanghai dan Nanjing, dipimpin oleh Hajime Satomi, yang diyakini sebagai pedagang opium yang dominan di Cina tengah yang dikuasai Jepang, termasuk Shanghai, hingga awal 1944.

Tidak ada komentar:
Write komentar