Advertisement

Info Kontak:

Minggu, 13 April 2025

Sejarah Perbankan di Tapanuli dan Sekitarnya

Lembaga keuangan di wilayah Tapanoeli pada masa lampau memperlihatkan corak yang unik, terutama dalam menghadapi kebutuhan pendanaan. Untuk keperluan dana yang relatif kecil, masyarakat setempat lebih mengandalkan sokongan dari lingkaran keluarga dan jalinan hubungan kekerabatan yang erat. Namun, ketika berhadapan dengan kebutuhan dana yang lebih besar, pilihan yang tersedia adalah langsung ke bank-bank yang umumnya didirikan oleh pihak swasta atau oleh pemerintah kolonial. Sebuah fenomena menarik muncul di Sumatra Timur, di mana justru lahir sebuah bank yang secara spesifik didirikan oleh putra daerah Tapanoeli.

Inisiatif pendirian bank oleh orang Tapanoeli di Sumatra Timur ini muncul sebagai respons terhadap sulitnya akses yang dihadapi oleh para pengusaha pribumi. Mereka merasakan adanya jurang pemisah dalam layanan keuangan jika dibandingkan dengan pengusaha Eropa/Belanda yang dilayani oleh bank-bank besar seperti Bank Java, serta pengusaha Tionghoa yang memiliki Bank Kesawan sebagai institusi keuangan andalan mereka. Keterbatasan akses ini menjadi pemicu bagi kalangan terpelajar dan pengusaha pribumi asal Tapanoeli untuk mengambil langkah proaktif.

Dalam catatan sejarah yang tertuang dalam surat kabar De Telegraaf edisi 28 Desember 1920, terungkap bagaimana situasi ketidakadilan dalam layanan perbankan mendorong munculnya gagasan untuk mendirikan bank sendiri. Di tengah dominasi bank-bank Eropa dan Tionghoa, kebutuhan akan lembaga keuangan yang berpihak pada kepentingan pribumi semakin mendesak. Ide pendirian bank ini kemudian mengerucut pada sebuah rencana konkret di Pematang Siantara pada tahun 1920.

Bank yang akhirnya berdiri di Pematang Siantara tersebut merupakan buah pemikiran dan kerja keras sejumlah tokoh terkemuka yang berasal dari Padang Sidempoean. Para tokoh ini, yang sebagian besar merantau ke Pematang Siantara, memiliki visi untuk menciptakan sebuah lembaga keuangan yang dapat memberdayakan perekonomian masyarakat pribumi. Bank yang didirikan dengan semangat kemandirian dan nasionalisme ekonomi ini kemudian diberi nama Bataksche Bank.

Bataksche Bank mencatatkan diri sebagai bank swasta pribumi profesional pertama yang berhasil berdiri dan bertahan cukup lama, bahkan hingga berakhirnya era kolonial Belanda di Indonesia. Keberadaan bank ini menjadi simbol perlawanan terhadap dominasi ekonomi asing dan representasi dari semangat kewirausahaan masyarakat pribumi, khususnya dari Tapanuli. Bank ini tidak hanya berfungsi sebagai penyalur dana, tetapi juga sebagai wadah untuk membangun jaringan ekonomi antar pengusaha pribumi.

Adapun tokoh-tokoh penting yang menjadi motor penggerak pendirian Bataksche Bank adalah Dr. Alimoesa Harahap, Dr. Muhamad Hamzah Harahap, Soetan Pane Paroehoem, dan Soetan Hasoendoetan. Keempat tokoh ini memiliki latar belakang pendidikan dan sosial yang kuat, serta kesadaran akan pentingnya kemandirian ekonomi bagi masyarakat pribumi. Mereka bahu-membahu mewujudkan impian untuk memiliki lembaga keuangan sendiri yang dapat melayani kebutuhan masyarakat Tapanuli dan sekitarnya.

Untuk menjaga keberlangsungan dan kredibilitas Bataksche Bank sebagai bank swasta pribumi, salah satu pendirinya, Hasan Harahap yang bergelar Soetan Pane Paroehoem, mengambil inisiatif penting. Beliau memutuskan untuk mengikuti kursus dan menempuh ujian notaris di Batavia (Jakarta). Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa bank memiliki landasan hukum yang kuat dan dapat beroperasi secara profesional sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Usaha keras Soetan Pane Paroehoem membuahkan hasil gemilang. Pada tahun 1927, beliau berhasil lulus ujian notaris kelas satu, sebagaimana yang diberitakan oleh Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie pada tanggal 22 Agustus 1927. Keberhasilan ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi Bataksche Bank, tetapi juga bagi seluruh masyarakat pribumi, karena Soetan Pane Paroehoem tercatat sebagai notaris pertama dari kalangan pribumi di Sumatra.

Keberadaan seorang notaris pribumi yang juga merupakan salah satu pendiri bank memberikan legitimasi dan kepercayaan yang lebih besar kepada Bataksche Bank. Hal ini menunjukkan keseriusan dan profesionalisme para pendiri dalam mengelola lembaga keuangan tersebut. Bataksche Bank kemudian tumbuh dan berkembang menjadi salah satu pilar ekonomi bagi masyarakat pribumi di Sumatra Timur.

Seiring dengan perkembangan Bataksche Bank di Sumatra Timur, perkembangan perbankan di wilayah Tapanoeli sendiri berjalan lebih lambat. Baru pada tahun 1925 muncul Volksbank di Sibolga.

Pendirian bank rakyat ini erat kaitannya dengan perkembangan sektor perkebunan yang semakin pesat di wilayah Tapanoeli.

Sebagaimana yang tercatat dalam surat kabar De Sumatra post edisi 17 Juli 1925, perkembangan perkebunan karet menjadi salah satu faktor pendorong munculnya kebutuhan akan lembaga keuangan yang lebih dekat dengan masyarakat.

Perkebunan-perkebunan karet tumbuh subur di sepanjang jalan poros Sibolga-Padang Sidempoean, terutama di wilayah Batangtoroe.

Volksbank hadir sebagai respons terhadap kebutuhan para petani dan pengusaha kecil di sektor perkebunan. Bank rakyat ini diharapkan dapat memberikan akses permodalan yang lebih mudah dan terjangkau bagi masyarakat Tapanoeli, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Keberadaan Volksbank menandai babak baru dalam sejarah perbankan di wilayah tersebut, meskipun skalanya masih relatif kecil dibandingkan dengan Bataksche Bank di Sumatra Timur.


Perbedaan waktu munculnya lembaga perbankan antara Tapanoeli dan Sumatra Timur menunjukkan dinamika ekonomi dan sosial yang berbeda di kedua wilayah tersebut. Sumatra Timur, dengan perkembangan perkebunan yang lebih awal dan adanya interaksi dengan pusat-pusat perdagangan yang lebih besar, memicu kebutuhan akan lembaga keuangan yang lebih profesional dan terorganisir. Sementara itu, di Tapanoeli, pola keuangan tradisional masih cukup dominan hingga munculnya sektor perkebunan yang signifikan.

Kisah tentang Bataksche Bank dan Volksbank memberikan gambaran yang menarik tentang bagaimana inisiatif lokal muncul sebagai respons terhadap kebutuhan dan keterbatasan akses terhadap layanan keuangan. Kedua bank ini, meskipun memiliki skala dan fokus yang berbeda, memiliki peran penting dalam sejarah perekonomian masyarakat Tapanuli dan sekitarnya. Bataksche Bank menjadi simbol kemandirian dan profesionalisme, sementara Volksbank menjadi representasi dari upaya untuk memberdayakan ekonomi rakyat.

Sejarah perbankan di Tapanoeli dan Sumatra Timur pada masa kolonial memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya akses terhadap layanan keuangan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat pribumi. Keterbatasan akses yang dirasakan oleh para pengusaha dan petani mendorong munculnya inisiatif untuk mendirikan lembaga keuangan sendiri, yang pada gilirannya berkontribusi pada pembangunan ekonomi lokal dan nasional.

Kisah sukses Bataksche Bank juga menjadi inspirasi bagi gerakan kemandirian ekonomi di kalangan masyarakat pribumi pada masa itu. Bank ini membuktikan bahwa dengan semangat persatuan dan profesionalisme, masyarakat pribumi mampu mendirikan dan mengelola lembaga keuangan yang dapat bersaing dengan bank-bank asing.

Hingga kini, jejak sejarah perbankan di Tapanuli dan Sumatra Timur masih dapat dirasakan. Semangat kemandirian dan inisiatif lokal yang ditunjukkan oleh para pendiri Bataksche Bank dan Volksbank menjadi warisan yang berharga bagi perkembangan sektor keuangan di Indonesia. Kisah ini juga mengingatkan kita akan pentingnya inklusi keuangan dan akses yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat.

Sejarah mencatat bahwa keterbatasan seringkali menjadi pemicu inovasi dan kemandirian. Begitu pula dengan sejarah perbankan di Tapanuli, di mana keterbatasan akses justru melahirkan inisiatif berani untuk mendirikan lembaga keuangan sendiri. Kisah ini adalah bagian penting dari narasi perjuangan ekonomi masyarakat Indonesia di masa kolonial.

Melalui kisah Bataksche Bank dan Volksbank, kita dapat memahami bagaimana konteks sosial, ekonomi, dan politik pada masa itu memengaruhi perkembangan sektor keuangan di berbagai daerah di Indonesia. Inisiatif lokal seperti pendirian bank oleh masyarakat Tapanuli menjadi bukti dari semangat kewirausahaan dan keinginan untuk berdaya secara ekonomi.

Warisan dari Bataksche Bank dan Volksbank terus hidup dalam semangat kewirausahaan dan kemandirian ekonomi masyarakat Indonesia saat ini. Kisah ini menjadi pengingat bahwa pembangunan ekonomi yang inklusif membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat, termasuk inisiatif-inisiatif yang muncul dari tingkat lokal.

Mesti Dipisah, Jejak Minangkabau di Tanah Batak tak Bisa Dihapus Begitu Saja


SILINDUNG – Di tengah lanskap perbukitan dan danau yang memesona di Toba, tersimpan kisah panjang yang tak hanya menyoal asal-usul geografis, tetapi juga pergulatan identitas budaya dan politik. Kisah lama yang menghubungkan suku Batak dengan Minangkabau bukan sekadar legenda, melainkan cerminan dari interaksi kultural yang mendalam, bahkan hingga ke ranah kekuasaan.

Diceritakan bahwa para penduduk awal menetap di timur Danau Toba karena pesona alamnya. Ketika populasi meningkat, mereka menyebar ke wilayah Silindung, lalu ke utara hingga Dairi dan ke selatan hingga Angkola. Penyebaran ini lambat laun membawa penduduk Batak bersinggungan dengan pengaruh Minangkabau yang kala itu dikenal sebagai pusat kekuasaan dan kebudayaan di Sumatera.

Cerita rakyat mencatat bahwa Sultan Minangkabau, yang dianggap keturunan Iskandar Agung, pernah melakukan perjalanan keliling Sumatera dan menunjuk para pemimpin lokal, termasuk untuk wilayah Batak. Ia pun memberikan tanda warisan: noda hitam di bawah lidah sebagai penanda pemimpin sejati Batak di masa depan. Petunjuk itu menjadi bagian dari narasi sakral yang bertahan turun-temurun.

Menariknya, kepala daerah Silindung menyebut bahwa hingga kini Sultan Minangkabau tetap dihormati lebih tinggi dari para kepala suku Batak. Perintah dari Sultan, walau sederhana, diyakini akan segera dilaksanakan dengan penuh patuh oleh masyarakat. Kisah ini memperlihatkan sebuah bentuk ketundukan simbolik yang melampaui ikatan politik biasa.

Namun sejarah tak berhenti sebagai mitos. Tulisan Sanusi Pane tahun 1926 membuka babak baru bagaimana suku Batak mulai menegaskan identitasnya. Dalam karyanya yang berjudul “Anak Muda Batak di Antara Internasionalisme dan Nasionalisme,” Sanusi mencatat bagaimana pemuda Batak mulai melepaskan diri dari dominasi identitas Minangkabau dalam ranah politik kebangsaan.

Kala itu, Jong Sumatranen Bond (JSB) didominasi oleh pemuda Minang, namun anak muda Batak kemudian membentuk Jong Bataks Bond (JBB). Organisasi ini menjadi simbol lahirnya kesadaran politik dan budaya yang berdiri sendiri, terpisah dari bayang-bayang dominasi Minang. Ini bukan hanya tentang identitas etnis, tapi tentang cita-cita nasionalisme dan kemerdekaan yang lebih luas.

Sanusi menyebut bahwa pemuda Batak dan Mandailing masih seperti ladang yang belum digarap. Ia mengingatkan pentingnya memilih bibit yang tepat—ide, visi, dan semangat—karena apapun yang ditanam di ladang subur itu pasti akan tumbuh. Sebuah tanggung jawab besar yang harus dipikul para pemuda pada masa itu.

Ia menegaskan bahwa mata rakyat telah tertuju pada kaum muda. Rakyat belum terbawa arus zaman, dan di sanalah peran pemuda sebagai penjaga gerbang masa depan tanah air dipertaruhkan. Sanusi percaya, kebudayaan Batak yang seolah tertidur itu sejatinya tersembunyi di kedalaman jiwa rakyat, hanya menunggu disentuh dan dibangkitkan.

Konsepsi nasionalisme yang diangkat Sanusi bukan semata-mata tentang politik formal, tetapi tentang membangkitkan kembali roh kebudayaan yang otentik. Ia memandang kebudayaan Batak sebagai kekuatan tersembunyi yang siap berkembang jika disentuh dengan tepat. Sebuah pandangan visioner tentang pentingnya budaya sebagai fondasi kebangsaan.

Persimpangan antara legenda dan gerakan politik ini menjadikan sejarah Batak begitu kompleks. Di satu sisi, ada pengaruh mendalam Minangkabau melalui cerita-cerita luhur. Di sisi lain, muncul semangat perlawanan halus dalam bentuk artikulasi identitas yang mandiri oleh pemuda-pemuda Batak.

Fenomena ini menunjukkan bahwa proses menjadi bangsa tidak pernah linier. Ia diwarnai tarik-menarik antara identitas kolektif yang lebih besar dan identitas lokal yang ingin didengar dan diakui. Jong Bataks Bond adalah simbol dari tekad tersebut—membangun Indonesia dari akar, bukan hanya dari pusat.

Cerita tentang tanda hitam di bawah lidah kini menjadi bagian dari folklore, tapi semangatnya hidup dalam perjuangan pemuda Batak era 1920-an yang ingin menunjukkan bahwa mereka bisa berdiri sejajar. Tidak lagi sebagai pelengkap dalam cerita besar, melainkan sebagai aktor utama dalam sejarah Indonesia.

Hubungan antara Batak dan Minangkabau tidak bisa dipisahkan dari sejarah panjang migrasi, pertukaran budaya, hingga kerjasama dan ketegangan. Namun yang muncul dari semua itu adalah dinamika yang memperkaya identitas Indonesia—satu bangsa, tapi dengan banyak wajah yang saling bersinggungan.

Cerita ini juga menyiratkan bahwa sejarah kita dibangun bukan hanya oleh senjata dan perjanjian politik, tapi juga oleh cerita, gagasan, dan semangat para pemuda yang percaya pada masa depan. Semangat yang diwariskan Sanusi Pane masih relevan: bahwa nasionalisme dimulai dari keberanian untuk mengenal dan menyuarakan jati diri.

Hari ini, jejak cerita antara Batak dan Minangkabau tetap hidup, baik dalam narasi rakyat maupun dalam penggalan sejarah yang kini dikaji ulang. Ini bukan sekadar sejarah lokal, tetapi bagian penting dari pembentukan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar karena keberagamannya.

Dari tepian Danau Toba hingga podium-podium pergerakan nasional, narasi Batak terus berkembang. Dari legenda noda lidah hingga gema suara Sanusi Pane, sejarah ini adalah milik kita semua: cermin dari keberanian untuk menjadi diri sendiri dalam jalan menuju Indonesia.

Selasa, 04 April 2023

Informasi yang Menceritakan Kedatangan Sahabat Nabi Muhammad SAW ke Nusantara di Masa Lalu

Allah Subhanahu Wa Ta’ala menegaskan tentang wilayah dakwah Nabi Muhammad Saw:

[ وَماَ أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ – [ الأنبياء: 107

“Dan Kami (Allah) tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”.

Strategi dakwah Islam Rahmatal Lil ‘Alamin yang dipimpin oleh Rasulullah Saw, dibuktikan oleh catatan sejarah berikut ini (disesuaikan dengan Geografi Negara saat ini):

A.  ASIA TENGGARA

1. Ali bin Abi Thalib, pernah datang dan berdakwah di Garut, Cirebon, Jawa Barat (Tanah Sunda), Indonesia, tahun 625 Masehi. Perjalanan dakwahnya dilanjutkan ke dari Indonesia ke kawasan Nusantara, melalui: Timur Leste, Brunai Darussalam, Sulu, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Laos, Myanmar, Kampuchea. (Sumber: H.Zainal Abidin Ahmad, Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya sampai sekarang, Bulan Bintang, 1979; Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.31; S. Q. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: M. S. R.I., 1963, hal. 39).

2. Ja’far bin Abi Thalib, berdakwah di Jepara, Kerajaan Kalingga, Jawa Tengah (Jawa Dwipa), Indonesia,sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.33)
Ubay bin Ka’ab, berdakwah di Sumatera Barat, Indonesia, kemudian kembali ke Madinah. sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.35).

3. Abdullah bin Mas’ud, berdakwah di Aceh Darussalam dan kembali lagi ke Madinah. sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: G. E. Gerini, Futher India and Indo-Malay Archipelago).

4. ‘Abdurrahman bin Mu’adz bin Jabal, dan putera-puteranya Mahmud dan Isma’il, berdakwah dan wafat dimakamkan di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. sekitar tahun 625 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.38).

5. Akasyah bin Muhsin Al-Usdi, berdakwah di Palembang, Sumatera Selatan dan sebelum Rasulullah Wafat, ia kembali ke Madinah. sekitar tahun 623 M/ 2 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.39; Pangeran Gajahnata, Sejarah Islam Pertama Di Palembang, 1986; R.M. Akib, Islam Pertama di Palembang, 1929;  T. W. Arnold, The Preaching of Islam, 1968)
Salman Al-Farisi, berdakwah Ke Perlak, Aceh Timur dan Kembali Ke Madinah. sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.39)

B.. ASIA BARAT

1. Ali bin Abi Thalib, pernah datang dan berdakwah di Kawasan Asia Barat meliputi beberapa negara: Arab Saudi, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Iraq, Yordania, Syiria, Lebanon, Palestina, Israel, Cyprus, Turki, Afghanistan, dan Iran. Dilakukan sejak tahun 622 Masehi. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.9; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah)

2. Abu Bakar Ash-Shiddiq, berdakwah ke Damaskus, Syiria (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929,h.10; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah)
Umar bin Khattab, berdakwah juga di kawasan Palestina, Syiria, Turki dan kawasan Mesopotamia (Iraq). (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.11, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah).

3. Mu’adz bin Jabal, berdakwah ke Yaman (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.12).

4. Amr bin ‘Ash, berdakwah ke Yerussalem, Palestina (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.13; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah).

5. Surahbil, berdakwah ke Yerussalem, Palestina (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.13; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah).

6. Abdullah bin Hudhafah as-Sahmi, berdakwah di Persia, diutus kepada Kisra Persia. Sekarang negara Iran. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.14).

7. Shuja’ bin Wahab al-Asadi, berdakwah kepada Pangeran Ghassan. Palestina (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.15)


8. Hauzah bin ‘Ali Hanafi, berdakwah dan diutus kepada penguasa Yamamah. Yamamah terletak di Negara Saudi Arabia. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, 15).

C. ASIA SELATAN

1. Ali bin Abi Thalib, Pernah datang dan dakwah di kawasan Shind (Hind), yang meliputi kawasan: Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa, Nepal, Pakistan, Sri Lanka. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.20)
Zaid bin Tsabit, , pernah datang dan berdakwah di Armenia (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.20).

2. Abdullah ibn Zubair, pernah datang dan berdakwah di Kazakstan(Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.32).

3. Sa’id ibn Ash, pernah datang dan berdakwah di Kirgystan(Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.41).

4. Abdurahman ibn Harits ibn Hisyam, pernah datang dan berdakwah di Tajikistan(Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.54)
Malik Ibn Abi ‘Amir, pernah datang dan berdakwah di Uzbekistan(Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.88).

5. Katsir Ibn Aflah, pernah datang dan berdakwah di Uzbekistan(Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.99).

6. Hudzaifan bin Yaman, pernah datang dan berdakwah di Armenia dan Azerbaijan(Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h,114)

D. ASIA TIMUR

1. Anas ibn Malik, berdakwah ke China/Tiongkok melalui Nusantara, kawasan yang disinggahi yaitu: Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, Mongolia, RRC, dan Taiwan. (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.61).

2. Abdul Wahab Abi Kasbah, berdakwah ke China/Tiongkok melalui Nusantara dan Wafat dimakamkan di China. Kawasan yang disinggahi adalah: Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, Mongolia, RRC, dan Taiwan. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.41;  T. W. Arnold, The Preaching of Islam, 1968 ; F. Hirth dan W. W. Rockhill (terj), Chau Ju Kua,His Work On Chinese and Arab Trade in XII Centuries, St.Petersburg: Paragon Book, 1966, hal. 159.)

 E. AMERIKA UTARA

Abu Bakrah (nama lengkapnya Nafi’ bin al-Harith bin Kaldah Bin ‘Amr bin Ilaj bin Abi Salamah), pernah datang dan berdakwah di wilayah Amerika Utara (Bani Qanturah) pada tahun 622-637 M, melalui jalur: Amerika Serikat dan Kanada. 

Bukti ini dapat dilihat dalam sebuah hadits: Dari Abu Bakrah bahwasanya Rasulullah telah bersabda: “Akan ada segolongan kaum dari umatku yang menetap di sebuah daerah yang mereka namakan Bashrah, di sisi sebuah sungai yang disebut Dijlah (Dajlah), dan di atas sungai itu ada sebuah jembatan. Penduduk daerah itu akan bertambah banyak, dan ia akan menjadi salah satu negeri dari negeri-negeri orang-orang yang berhijrah. [Perawi Muhammad ibnu Yahya berkata: Abu Ma’mar meriwayatkan dengan mengatakan: negeri-negeri kaum muslimin]. 

Kelak di akhir zaman Bani Qanthura’ yang berwajah lebar dan bermata sipit akan datang menyerbu, sehingga mereka mencapai tepian sungai Dajlah. Pada saat itulah penduduk daerah itu akan terpecah menjadi tiga kelompok. Satu kelompok mengikuti ekor sapi (menuntun binatang mereka) dan menyelamatkan diri ke pedalaman, Mereka akan binasa. Satu kelompok lainnya memilih menyelamatkan dirinya dengan jalan memilih kekafiran. Adapun kelompok terakhir menempatkan keluarganya di belakang punggung mereka dan bertempur melawan musuh. Mereka itulah orang-orang yang akan mati syahid.” HR. Abu Daud, dihasankan oleh Al Albani. (Menurut Imam  Syamsul Haq ‘Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, dijelaskan bahwa Bani Qanthurah adalah Amerika).

F. AMERIKA TENGAH

Abu Bakrah (nama lengkapnya Nafi’ bin al-Harith bin Kaldah Bin ‘Amr bin Ilaj bin Abi Salamah), pada tahun 638-653 M, meluaskan dakwahnya di wilayah Amerika Tengah melalui jalur: Belize, Dominika, El Savador, Grenada, Guetamala, Haiti, Honduras, Kep.Bahama, Kostarika, Kuba, Meksiko, Nikaragua, Panama, Puerto Rico, Rep.Saint Lucia, St. Vincent & Grenadines, Trinidad and Tobago dan Kepulauan Karibia.

G. AMERIKA SELATAN

Abu Bakrah (nama lengkapnya Nafi’ bin al-Harith bin Kaldah Bin ‘Amr bin Ilaj bin Abi Salamah), pada tahun 654-670 M pernah datang dan berdakwah di wilayah Amerika Selatan, yaitu meliputi: Argentina, Bolivia, Brazil, Cile, Ekuador, Guyana, Guyana Perancis, Paraguay, Peru, Suriname, Uruguay dan Venezuela . Kemudian pada tahun 671 Abu Bakrah pindah ke Bashrah (Iraq), dan  menurut Ibnu Khayyat dalam kitab al-Tabaqat berpendapat Abu Bakrah wafat pada tahun 52H atau 674 Masehi.

H. AFRIKA BARAT

Uqbah Bin Nafi, adalah komandan pasukan Islam yang membebaskan seluruh wilayah gurun besar Afrika. Wilayah yang dilalui adalah: Benin, Burkina Faso, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea Bissau, Liberia, Mali, Mauritania Nigeria, Pantai Gading, Senegal, Sierra Leone, Tanjung Verde, dan Togo (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, volume 4-5, Penerbit MADAWIS, 2005, h.1999)

I. AFRIKA SELATAN

Abdullah Ibn Abbas, pernah datang dan berdakwah di Afrika Selatan, Bostwana, Lesotho, Namibia, Swaziland, dan Zimbabwe. Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan,Ekspansi Islam Era Utsman bin Affan,Penerbit Madawis, 2005, h.77)
J. AFRIKA TIMUR

‘Amar bin Umayyah, berdakwah ke Ethiopia diutus kepada Raja Etiopia. Negara Ethiopia ada di Afrika Timur.(Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.52)

K. AFRIKA TENGAH

Muhammad bin Abi Bakar Ash-Shiddiq, berdakwah di wilayah Angola, Gabon, Kamerun, Kongo, Afrika Tengah, Saotome & Principe, Zaire dan Zambia (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 3, Penerbit MADAWIS, 2005, 1351)

L. AFRIKA UTARA

Ali bin Abi Thalib, berdakwah ke Afrika Utara, Kawasan yang dilalui meliputi: Aljazair, Chad, Libya, Maroko, Mesir, Nigeria, Sahara Barat, Tunisia. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.60; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah)
Hatib bin Abi Balta’ah, berdakwah ke Mesir dan diutus kepada Gubernur Mesir, (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.62)
M. EROPA BARAT

Utsman bin Affan, pernah melakukan safar dakwah (ekspedisi dakwah) ke wilayah Eropa Barat, melalui Jalur: Jerman, Luxemburg, Perancis, Belanda, Belgia, Inggris, Irlandia, (Sumber: Joesoef Sou’yb, Sejarah Khulafaur Rasyidin, Bulan Bintang, cet. 1, 1979, hal. 390-391).

N. EROPA TENGAH

Abdurrahman bin Auf, pernah melakukan ekspansi Islam ke Austria, Cekoslovakia, Hungaria, Polandia, Slovakia, dan Swiss. Kebanyakan keturunan Abdurrahman bin Auf banyak di Swiss  (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 1-2, Penerbit MADAWIS, 2005, h. 70).

O. EROPA SELATAN

1. Umar bin Khattab, berdakwah ke Romawi dan Yarmuk, kawasan yang dilalui adalah: Albania, Andorra, Bosnia, Italia, Kroasia, Macedonia, Monaco, Portugal, San Marino, Slovenia, Spanyol, Vatikan, Yunani. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.70; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah).

2. Abu Ubaidah bin Jarrah, berdakwah ke Romawi dan Yarmuk, kawasan yang dilalui adalah: Albania, Andorra, Bosnia, Italia, Kroasia, Macedonia, Monaco, Portugal, San Marino, Slovenia, Spanyol, Vatikan, Yunani. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.71; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah)

3. Khalid bin Walid, berdakwah ke Romawi dan Yarmuk, kawasan yang dilalui adalah: Albania, Andorra, Bosnia, Italia, Kroasia, Macedonia, Monaco, Portugal, San Marino, Slovenia, Spanyol, Vatikan, Yunani.(Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.72; Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah).

4. Dihyah bin Kalbi, berdakwah ke Romawi dan diutus membawa surat kepada Kaisar Romawi. Kawasan yang dilalui adalah: Albania, Andorra, Bosnia, Italia, Kroasia, Macedonia, Monaco, Portugal, San Marino, Slovenia, Spanyol, Vatikan, Yunani.(Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.72).

P. EROPA TIMUR

Thalhah bin Ubaidillah, pernah melakukan perdagangan dan dakwah di wilayah yang sekarang di sebut Eropa Timur, meliputi Belarusia, Bulgaria, Estonia, Georgia, Latvia, Lithuania, Moldova, Rumania, Rusia dan Ukraini. Sehingga di wikayah Eropa Timur ini banyak ditemukan beberapa keturunan dari Thalhah bin Ubaidillah. (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 4, Penerbit MADAWIS, 2005, h.1888).

Q. EROPA UTARA

Zubair bin Awwam, pernah ditugaskan oleh Rasulullah mendakwahkan Islam di wilayah Eropa bagian Utara, melintasi Denmark, Finlandia, Islandia, Norwegia, dan Swedia (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 5, Penerbit MADAWIS, 2005, h.2340)

 R. AUSTRALIA

Saad bin Abi Waqqas, pernah ditugaskan oleh Rasulullah mendakwahkan Islam di wilayah Australia atau Osenia, yang melintasi beberapa negara seperti New South Wales, Victoria, Queensland, Australia Barat, Australia Selatan,    Tasmania, Australia Utara dan Selandia Baru (Sumber: Shohibul Faroji Azmatkhan, Ensiklopedi Sahabat Nabi, Volume 4, Penerbit MADAWIS, 2005, h.1541)
Penulis: Asy-Syaikh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh (Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam).



Kamis, 30 Maret 2023

Apakah Seri Batak Raja di Hindia yang Disebut Sebagai Sahabat Nabi Muhammad SAW itu Orang Batak?

Belakangan banyak yang bertanya apakah salah satu sahabat Nabi SAW yang diduga dari nusantara bernama Seri Bataka Raja di Hindia adalah orang Batak atau bukan?



Hal itu karena hipotesa nama tersebut dari India (Kerala) dan Sriwijaya terbantahkan.

Raja Sri Indrawarman dari Sriwijaya memang pernah mengirim surat ke Khalifah Umar bin Abdul Azizi dari Dinasti Bani Umayyah di abad ke-8, dan eranya jauh setelah Rasulullah masih hidup pada awal abad ke-7.

Sebagaimana diketahui salah satu nama sahabat disebut bernama Sri Baduga Malik al-Hind atau bisa juga dibaca Seri Batak Raja dari Hindia (سرباتك مالك الهند). Termuat dalam kitab Usd al-Ghabah fi Ma'rifah al-Shahabah karya Ibn al-Atsir, biografi no. 1958, kitab Lisan al-Mizan karya karya Ibnu Hajar al-'Asqalani, jilid  4, hal. 19, biografi no. 3359 dan kitab Bihar al-Anwar al-Jamiah li Durari Akhbar al-Aimmah al-Athhar karya Muhammad Baqir al-Majlisi, jilid 14, hal. 520, bab "Ahwal Muluk al-Ardh" (berita para raja di dunia).

Terkait hal itu perlu dicermati:

1. Bahwa daerah Batak atau Tanah Batak yang dikenal sekarang sejak era Belanda  adalah beberapa kabupaten eks pemekaran Tapanuli Utara khususnya Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Toba dan Kabupaten Samosir.

Jika merujuk pada buku J.C.J. Kempees, De tocht van Overste van Daalen door de Gajo,. Alas en Bataklanden, maka Bataklanden yang dimaksud adalah empat kabupaten di atas ditambah Kabupaten Dairi dan Pakpak Bharat.

2. Bahwa menurut warga di beberapa kabupaten di atas, asal usul mereka sebagai orang Batak adalah dari wilayah sekitar Danau Toba. Sehingga tidak sama dengan Batak di Filipina atau daerah lain yang bukan berasal dari Danau Toba walau tetap disebut sebagai orang Batak.

Begitu juga dengan orang Gayo yang leluhurnya kemungkinan besar dari peradaban Loyang Mendale berusia 5.000 tahun.

3. Bahwa menurut Seminar Internasional tahun 2015 di Unimed bertajuk "Telaah Mitos dan Sejarah dalam Asal-usul Orang Batak (Harian Analisa), Pusuk Buhit yang diyakini sebagai tempat pertama yang dihuni kelompok masyarakat yang diyakini sebagai leluhur Batak itu baru dihuni sekitar 600-1000 tahun lalu sesuai dengan bukti arkeologis dan kajian bahasa.

Dengan begitu, sangat tidak mungkin orang yang dikenal sebagai orang Batak di sekitar Danau Toba sekarang menjadi sahabat Nabi SAW walau menurut Pustaka Alim Kembaren, berbahasa Karo, komunitas yang menetap di sebagian pinggir Danau Toba yang migrasi dari Jambi dan Sumatera Barat telah berinteraksi dengan Mekkah tanpa diketahui angka tahunnya. (Lihat di sini soal Pustaka Alim Kembaren). 


Dan menurut Sejarah Islam di Tanah Batak oleh KH Jailani Sitohang terbuka kemungkinan orang Arab (Halak Arab=Harahap) telah lama bermukim di sekitar Danau Toba.

4. Jika bacaan nama sahabat di atas adalah Seri Batak Raja di Hindia maka kemungkinan pertama adalah merujuk pada warga atau orang yang tinggal di Barus yang sekarang ditetapkan sebagai Titik Nol Islam di Nusantara. Namun penduduk saat itu adalah orang Melayu. Dan tidak ada bukti kuat adanya sebuah Kerajaan Batak di Barus era hidupnya Nabi SAW.

Buku Sejarah Raja-raja Barus baik Hulu dan Hilir sangat bercorak melayu. Dan Raja Barus Hulu disebut berasal dari daerah sekitar Danau Toba, sehingga jika merujuk pada fakta nomor 3 di atas masih relatif sebuah suku baru. Apalagi Raja di Hilir (Tuan Ibrahimsyah) baru datang di sekitar abad ke-16.

5. Kemungkinan kedua berhubungan dengan poin keempat adalah salah satu raja di Kerajaan Pannai atau Pane yang terletak di Padang Lawas (Tabagsel) dan Labuhan Batu. Dan ini tidak di pinggir Danau Toba.

Kerajaan Pane disebut dihancurkan oleh invasi Kerajaan Chola dari India sesuai dengan inskripsi Thanjavur abad ke-11. Ini berarti kerajaan ini telah eksis sebelum abad tersebut.

Namun nama para raja di Kerajaan Pannai tidak diketahui. Akan tetapi sosok Pane Nabolon memang dihormati dan masuk dalam legenda di Sumatera Utara yang kemungkinan adalah nama raja di Pannai.

Sebagaimana nama Dapunta Hyang dari Sriwijaya juga menjadi legenda wilayah yang sekarang benama Pakpak Bharat.

6. Peran untuk memecahkan teka-teki apakah Sri Paduka Raja India atau Sri Batak Raja di Hindia berada di pundak para akademisi di beberapa universitas di Sumatera Utara dengan menggunakan metodologi yang presisi dan lebih berkompeten.

7. Bahwa jika ternyata nama sahabat Nabi Muhammad SAW itu adalah orang Batak dari Kerajaan Pane maka yang layak mengambil kredit adalah orang Batak Angkola bukan Batak yang di Danau Toba. Angkola adalah nama orang yang mendiami sekitar Padang Lawas, Sumatera Utara. Dan tidak semua orang Angkola setuju leluhur mereka berasal dari Pusuk Buhit sebagaimana disebut dalam poin nomor tiga di atas.

8. Jika benar ada sahabat Nabi SAW dari nusantara baik itu nantinya jika terbukti sebagai orang Melayu, Jawa atau Batak Angkola, maka itu adalah kebanggaan bersama sebagai orang nusantara yang kini menjadi orang Indonesia 

@batakmuslim2023

Rabu, 08 Maret 2023

Sejarah Batak Melalui Pustaka Alim Kembaren dan Hipotesa Uli Kozok

Uli Kozok di bincang Lae Kirman itu (lihat videonya di bawah) memperkuat legenda bahwa di Tobalah (Pusuk Buhit/Samosir) pemukiman pertama orang Batak berdasarkan hipotesanya dari segi umur bahasa sekitar abad ke-10.

Dan manuskrip Laklak yang paling dekat dengan teori itu adalah Pustaka Alim Kembaren (berbahasa Karo) kisah orang Pagaruyung datang ke sekitar Danau Toba melalui Jambi sekarang. Di situ juga ada perjalanan ke Mekkah. Pustaka itu sudah ada di internet. Jika pustaka ini mengandung keakuratan berarti mereka pemukim pertama yang dijuluki dengan Raja Jolma atau Rajai Jolma itu sudah berinteraksi ke Mekkah.


Di Tanah Karo (Haru) mungkin sudah ada manusia seperti warga Ginting dll.

Karena ada kisah Mekkah itu, masuk akal jika sebagian marga Harahap mempunyai turiturian bahwa leluhur mereka dari Arab Hadramaut, dengan dugaan Harahap berasal dari kata Halak Arab (Orang Arab) meski mereka masuk dari pantai Mandailing Natal yang dulu juga bagian dari Sriwijaya. Dan bisa saja nasab atau silsilah ke Arabnya sudah terputus.



Sebelumnya, KH Jailani Sitohang mantan Ketua Jamiyah Batak Muslim Indonesia (JBMI) juga sudah menerbitkan buku teori orang Arab yang mungkin sudah Islam mengetahui dan bisa saja bermukim di sekitar Danau Toba dari Barus karena nama-namanya diperkirakan berasal atau terinspirasi dari Alquran seperti Kapur Barus, Toba dll. 


Pendapat ini tidak pernah didalami hingga kini dan menjadi menarik untuk didalami berdasarkan teori Uli Kozok dan laklak Pustaka Alim Kembaren itu.

Inskripsi tertua mengenai bahasa Batak Tua adalah situs Sitopayan di Tapanuli Bagian Selatan, sekarang di Kabupaten Padang Lawa yang menggunakan bahasa Batak Tua (lihat di sini), Melayu Tua dan Jawa.


Sitopayan II di Padang Lawas Utara menggunakan aksara Batak yang saat itu digunakan pada tulak-tulak Mandailing dan belakangan pada abad ke-18 digunakan luas di Toba.



Rabu, 23 November 2022

Pilihan Parpol tak Lolos Pemilu, Fusi ke Partai Lain atau Masuk Timses Pilpres dan Pilkada

Sekitar sembilan parpol dinyatakan belum memenuhi syarat dalam verifikasi faktual oleh KPU dan dimint untuk memperbaiki. 

Pengumuman soal akan ikut atau tidak pemilu akan diputuskan pada 14 Desember 2022 mendatang.

Berikut sembilan parpol yang disebut:

1. Partai Gelora Indonesia
2. Perindo
3. Partai Hanura
4. Partai Garuda
5. PKN
6. PBB
7. Partai Ummat
8. PSI
9. Partai Buruh

Apakah jika mereka gagal ikut Pemilu 2024 apakah kiamat akan datang?

Sebenarnya walau tidak menjadi headline media, banyak parpol yang tidak memenuhi syarat pada tahap sebelumnya telah melakukan manuver politik.

Partai Idaman yang dipimpin oleh Rhoma Irama telah melakukan fusi ke Golkar setelah sebelumnya nebeng dengan Partai PAN di Pemilu 2019 untuk memasukkan para caleg mereka. 

Tidak diketahui berapa persen porsi caleg yang akan dialokasikan Golkar kepada Partai Idaman. Namun bisa diperkirakan lebih menarik dibandingkan tawaran PAN sehingga Rhoma Irama memutuskan bergabung dengan Golkar.

Meski tak tertulis, Partai Idaman sebenarnya telah secara de facto bergabung dengan KIB bersama Golkar, PAN dan PPP.


Begitu juga Partai Masyumi (2020) dan Partai Pelita.

Sebelumnya Din Syamsuddin pendiri Partai Pelita menyebut akan memilih koalisi jika partainya kesulitan masuk pemilu 2024.

Jika dilihat dari fatsun politiknya, Partai Masyumi dan Partai Pelita akan gabung dengan Koalisi Pro Anies baik masuk ke jajaran timses Anies Baswedan maupun nego politik dengan PKS, Nasem atau Demokrat untuk menitipkan caleg mereka.

Masuknya parpol yang tak lolos pemilu itu ke koalisi tidak saja untuk pemenangan pilpres tapi juga pileg dan berikutnya pilkada.

Untuk itu, kepengurusan DPP parpol yang tidak masuk pemilu itu seharusnya tidak membubarkan diri tapi terus berbicara atas nama partainya saat mengusung capres di timses dan mempromosikan calegnya yang gabung dengan parpol lainnya.

Masuknya caleg Partai Idaman ke PAN tahun 2019 diblowup sebagai pendidikan publik. Logo keduanya juga dipakai dalam alat kampanye caleg di berbagai daerah.

Jumat, 18 November 2022

Media Yaman Heboh Undangan Saudi untuk Pemimpin Houthi

Media Yaman saat ini lagi heboh atas isu yang beredar bahwa Arab Saudi saat ini telah memberikan undangan kepada Presiden Mahdi Al Mashat di pemerintahan Houthi untuk berkunjung ke Riyadh.

Bahkan para aktivis media sosial menyebarkan foto hoaks pertemuan PM Saudi Muhammad bin Salman (MBS) dengan Al Mashat.


Padahal sebenarnya antara kelompok Houthi dan Saudi sudah lama menjalin komunikasi baik secara langsung maupun melalui pemerintahan Yaman yang sah.

Salah satu contohnya adalah perjanjian Stockholm yang menghasilnya mundurkan pasukan pemerintah dari Al Hodeidah dan memberikan Houthi akses ke laut.

Selain itu terdapat juga berbagai pertemuan yang ditengahi oleh palang merah internasional soal tukar menukar tahanan.

Selasa, 11 Oktober 2022

Krisis Air Besih Tantangan Besar Pemerintahan di Suriah

Ratapan anak-anak dan perempuan di sebuah rumah sakit Suriah menggema dan saut-menyaut di ruangan. 

Ahmad Al Mohammad menggeliat kesakitan di samping istrinya usai terjangkit kolera.
"Kami menderita diare, muntah dan sakit, karena kami minum langsung dari Sungai Efrat," kata Mohammad seperti dikutip AFP.

Sabtu, 03 April 2021

Terusan Suez Minta Kompensasi Rp 14,5 Triliun ke Perusahaan Kapal Kandas

Otoritas Terusan Suez (SCA) Mesir akan meminta kompensasi sebesar lebih dari 1 miliar dolar AS (Rp 14,5 triliun) atas kerugian yang disebabkan oleh kandasnya kapal kontainer Ever Given di jalur air itu dan memblokir jalur navigasi selama enam hari, ungkap Kepala SCA Osama Rabie.

Kompensasi atas kerugian dan kerusakan tersebut "akan mencapai lebih dari 1 miliar dolar AS," tutur Rabie kepada stasiun televisi lokal pada Rabu, 31 Maret 2021. "Ini adalah hak negara dan kami tidak akan melepasnya."

Kapal berbendera Panama yang memiliki bobot 224.000 ton itu kandas di jalur air Suez yang vital pada 23 Maret dan berhasil diapungkan kembali berkat upaya SCA yang bekerja sama dengan perusahaan Belanda, Boskalis, beserta tim tanggap daruratnya, SMIT Salvage, yang disewa oleh pemilik Ever Given.


Selasa, 23 Februari 2021

Gubsu Minta Ulama Tidak Sungkan Beri Saran dan Masukan

Gubsu Edy Rahmayadi didampingi Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah menghadiri Pengukuhan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut masa khidmat 2020-2025 di Aula MUI Sumut, Jalan Sutomo Ujung/Majelis Ulama Nomor 3 Medan, Kamis (11/2/2021).

Dengan pengukuhan ini, Edy Rahmayadi berharap, pada wadah perhimpunan ulama ini dapat memberikannya petunjuk sebagai umara atau pemimpin pemerintah, dalam setiap kebijakan dan langkah yang diambil untuk kepentingan masyarakat dan umat.

“Saya akui, saya kurang pandai memahami Alquran dan Hadis, dan kalau saya pandai, saya tidak mau jadi Gubernur, mungkin Ketua MUI. Untuk itu, beri saya petunjuk sebagai umara, tegur dan kasi semangat kami dalam memimpin. Katakan halal bila itu halal, dan katakan haram bila itu haram,” katanya.

Sekjend MUI Pusat Amirsyah Tambunan menyampaikan, bahwa MUI harus menjadi pelopor dan keteladanan dalam mengubah kondisi umat yang lebih baik lagi. MUI harus menjadi garda terdepan memberi solusi dengan mengedepankan konstitusi.

Alasan Sakit, Menag dan Said Aqil Absen Lagi di Sidang Gus Nur

Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas alias Gus Yaqut dan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj tidak hadir lagi sebagai saksi dalam sidang ujaran kebencian atas terdakwa Sugi Nur Raharja alias Gus Nur di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (23/2/2021). Alasannya, kedua tokoh itu sedang sakit sehingga berhalangan hadir.

Gus Yaqut dan Said Aqil sudah tiga kali absen dipanggil sebagai saksi korban dalam persidangan.

"Ternyata mereka tak hadir alasannya mereka sedang sakit, Pak Yaqut dan Pak Said Aqil Siradj," kata kuasa hukum Gus Nur, Ricky Fatamazaya di PN Jaksel.

Menurut Ricky, saksi dan Gus Nur sebagai terdakwa tak dihadirkan di ruang persidangan menjadi anomali. Karena itu pihaknya memilih sikap walk out atau meninggalkan ruang persidangan.